Senin, 07 November 2016

sel volta



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.

1.2    Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam pembutan makalah ini yakni :
1.    Apa pengertian kalimat efektif?
2.    Apa jenis-jenis kalimat efektif?
3.    Apa syarat-syarat kalimat efektif?

1.3    Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yakni agar mengetahui:
1.      Pengertian kalimat efektif
2.      Jenis-jenis kalimat efektif
3.      Syarat-syarat kalimat efektif

1.4    Manfaat
Manfaat dalam pembuatan makalah ini agar penulis, pembaca dan pendengar dapat mengetahui lebih spesifik tentang kalimat aktif, pengertian, jenis-jenisnya dan syarat-syarat kalimat efektif.


BAB II
PEMBAHSAN
2.1    Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!). Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat. Disini, kalimat dibagi menjadi dua, yaitu :
Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna jika dipakai pada sasaran yang tepat. Pengertian efektif dalam kalimat adalah dan ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam situasi kebahasaan tertentu pula. Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa :
1.    Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)
2.    Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan:2001)
3.    Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin: 1989)
4.    Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)
5.    Kalimat efektif di pahami sebagai sebuah kalimat yang dapat membantu menjelaskan sesuatu persoalan secara lebih singkat jelas padat dan mudah di mengerti serta di artikan. (ARIF HP: 2013)
Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kata kunci dari definisi kalimat efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami. Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.

2.2    Jenis-Jenis Kalimat

2.2.1        Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya mempunyai satu pola kalimat, yaitu hanya memiliki satu subjek dan satu predikat, serta satu keterangan (jika perlu).

Contoh 

2.2.2    Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak memuat konjungsi di dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.
Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya. Jenis-jenis kalimat majemuk adalah:

2.2.2.1  Kalimat Majemuk Setara

kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat. Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk setara terdiri dari lima macam, yakni:

Jenis

Konjungsi

penggabungan

dan

penguatan/Penegasan

bahkan

pemilihan

atau

berlawanan

sedangkan

urutan waktu

kemudian, lalu, lantas

Contoh:

  1. Juminten pergi ke pasar. (kalimat tunggal 1)
  2. Ragil berangkat ke bengkel. (kalimat tunggal 2)
  • Juminten pergi ke pasar sedangkan Ragil berangkat ke bengkel. (kalimat majemuk)
  • Reza berangkat ke sekolah, sedangkan ibunyapergi ke pasar. (kalimat majemuk)

2.2.2.2  Kalimat Majemuk Rapatan

Kalimat majemuk rapatan yaitu gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek, predikat atau objeknya sama,maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali.

Contoh:
  1. Pekerjaannya hanya makan. (kalimat tunggal 1)
  2. Pekerjaannya hanya tidur. (kalimat tunggal 2)
  3. Pekerjaannya hanya merokok. (kalimat tunggal 3)
  • Pekerjaannya hanya makan, tidur, dan merokok. (kalimat majemuk rapatan)

2.2.2.3  Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat.

Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat terdiri dari sepuluh macam, yaitu:

Jenis
Konjungsi
syarat
jika, kalau, manakala, andaikata, asal(kan)
tujuan
agar, supaya, biar
perlawanan (konsesif)
walaupun, kendati(pun), biarpun
penyebaban
sebab, karena, oleh karena
pengakibatan
maka, sehingga
cara
dengan, tanpa
alat
dengan, tanpa
perbandingan
seperti, bagaikan, alih-alih
penjelasan
bahwa
kenyataan
padahal
Contoh:
  1. Kemarin ayah mencuci motor. (induk kalimat)
  2. Ketika matahari berada di ufuk timur. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
  • Ketika matahari berada di ufuk timur, ayah mencuci motor. (kalimat majemuk bertingkat cara 1)
  • Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur. (kalimat majemuk bertingkat cara 2)

2.2.2.4  Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat.

Contoh:
  1. Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
  2. Rina membaca buku di kamar kemarin. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
  3. Ketika aku datang ke rumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
  • Toni bermain dengan Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke rumahnya. (kalimat majemuk campuran).

2.2.3     Kalimat Transformasi

Kalimat transformasi merupakan kalimat inti (Subjek + Predikat) yang mengalami perubahan karena adanya beberapa proses tanpa mengubah pokok kalimat inti tersebut.

Contoh :

  • Penambahan / Perluasan
    Contoh : Kami pergi ke Surabaya.
  • Pengurangan
    Contoh : Pergi.
  • Perubahan susunan (Inversi)
    Contoh : Pergi kami.
  • Perubahan Intonasi
    Contoh: kami pergi?
  • Terjadi penegatifan (ingkaran)
    Contoh : kami tidak pergi.
2.3    Syarat-Syarat Kalimat Efektif
2.3.1        Kesatuan
Syarat kalimat efektif haruslah mempunyai struktur yang baik. Artinya, kalimat itu harus memiliki unsure-unsur subyek dan predikat, atau bisa ditambah dengan obyek, keterangan, dan unsure-unsur subyek, predikat, obyek, keterangan, dan pelengkap, melahirkan keterpautan arti yang merupakan cirri keutuhan kalimat. 
Contoh:
·       Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
·       Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
2.3.2        Kehematan
Kehematan yang dimaksud berupa kehematan dalam pemakaian kata, frase atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan itu menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Tidak berarti bahwa kata yang menambah kejelasan kalimat boleh dihilangkan.
Contoh:
·         Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama belajar di rumahku. (tidak efektif)
·         Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
2.3.3        Keparalellan
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
·       Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
·       Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
·       Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
·       Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
2.3.4        Penekanan
gagasan pokok atau misi yang ingin ditekankan oleh pembicara biasanya dilakukan dengan memperlambat ucapan, melirihkan suara, dan sebagainya pada bagian kalimat tadi. Dalam penulisan ada berbagai cara untuk memberikan penekanan yaitu :
1.        Posisi dalam kalimat
2.        Urutan yang logis 
2.3.5        Kevariasian
Untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan variasi dalam teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat atau keterangan. Ada kalimat yang pendek dan panjang. 
2.3.6        Kelogisan 
Kelogisan berarti kalimatnya memiliki arti yang logis/ masuk akal. Tujuannya agar kalimat tidak mengandung dua arti.
Contoh:
·       Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
·       Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)









BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Kalimat efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami. Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Ada beberapa jenis kalimat diantaranya kalimat tunggal, kalimat majemuk (kalimat majemuk setara, kalimat majemuk rapatan, kalimat majemuk bertingkat, kalimat majemuk campuran) dan kalimat transformasi.
Syarat-syarat kalimat efektif ialah kesatuan, kehematan, keparalellan, penekanan, kevariasian, kelogisan.

3.2    Saran
Sebaiknya menggunakan dalam menggunakan kalimat kita menggunakan Kalimat efektif yakni kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.





tanaman lengkus



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Lengkuas (Lengkuas galanga atau Alpinia galanga) sering digunakan oleh para ibu di dapur sebagai penyedap masakan. Manfaat lain tanaman dari India ini adalah sebagai bahan ramuan tradisional dan penyembuh berbagai penyakit, khususnya penyakit yang disebabkan jamur kulit. Namun, di luar dua manfaat tersebut, lengkuas ternyata juga punya peran dalam memperpanjang umur simpan atau mengawetkan makanan karena aktivitas mikroba pembusuk. Pendeknya, lengkuas dapat berperan sebagai pengganti fungsi formalin yang sekarang sedang hangat diperbincangkan.
Kita mengenal ada dua jenis tumbuhan lengkuas, yaitu varietas dengan rimpang umbi (akar) berwarna putih dan varietas berimpang umbi merah yang ukurannya lebih besar. Lengkuas berimpang umbi putih umumnya digunakan sebagai penyedap masakan, sedangkan lengkuas berimpang umbi merah banyak digunakan sebagai obat. Rimpang umbi lengkuas selain berserat kasar juga mempunyai aroma yang khas.

1.2  Rumusan Masalah
1.  Apa nama latin dan nama lengkuas daerah lain?
2.  Apa sajakah penyakit yang dapat diobati oleh lengkuas?
3.  Apa saja jenis lengkuas?
4.  Bagaimana cara budidaya lengkuas?
5.  Apa saja kandungan lengkuas?
6.  Bagaimana efek farmakologis lengkuas?
7.  Bagaiman pengelolaan lengkuas?

1.3  Tujuan
Agar dapat mengetahui :
1.  nama latin dan nama lengkuas daerah lain
2.  penyakit yang dapat diobati oleh lengkuas
3.  jenis lengkuas
4.  budidaya lengkuas
5.  kandungan lengkuas
6.  efek farmakologis lengkuas
7.  pengelolaan lengkuas

1.4  Manfaat
Agar penulis, pembaca dan pendengar dapat mengetahui tentang lengkuas lebih jauh lagi.


BAB II
PEMBAHASAN
Lengkuas atau laos (Alpinia galanga) merupakan jenis tumbuhan umbi-umbian yang bisa hidup di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Umumnya masyarakat memanfaatkannya sebagai campuran bumbu masak dan pengobatan tradisional. Pemanfaatan lengkuas untuk masakan dengan cara mememarkan rimpang kemudian dicelupkan begitu saja ke dalam campuran masakan, sedangkan untuk pengobatan tradisional yang banyak digunakan adalah lengkuas merah Alpinia purpurata K Schum.
Lengkuas adalah salah satu jenis rempah-rempah yang amat populer pada kuliner tradisional kita, sehingga terasa tidak asing ditelinga kita. Dikenal sebagai rempah-rempah dengan manfaat dan khasiat yang luar biasa. Walaupun secara histories tanaman ini berasal dari India, namun keberadaannya di Indonesia telah meluas sampai keseluruh penjuru daerah. Sebagai bukti, lengkuas memiliki nama daerah yang beragam, diantaranya laos, langkueh, lengkues, lingkuas, engkuas, ringkuas, lingkaos dan lain-lain.
Lengkuas (Lenguas galanga atau Alpinia galanga) sering dipakai oleh kaum wanita dikenal sebagai penyedap masakan. Lengkuas termasuk termasuk tumbuhan tegak yang tinggi batangnya mencapai 2-2,5 meter.
Lengkuas termasuk dalam kategori tanaman semak yang dapat berumur tahunan. Sebagaimana pada jenis rempah-rempah yang lainnya, lengkuas memiliki batang semu yang dibentuk dari kumpulan daunnya. Daunnya berbentuk bulat panjang dengan ujung yang meruncing dan memiliki bau yang aromatis. Khususnya didaerah Jawa, dikenal 2 macam jenis/varietas dari lengkuas, yaitu lengkuas merah (memiliki rimpang dengan kulis luarnya berwarna  kemerahan) dan lengkuas putih (dengan kulit luar berwarna putih).
2.1  Nama-Nama Lengkuas
2.1.1    Nama latin                :           Alpinia Galangal
2.1.2    Nama daerah           :           langkueh (Minang)
laja (Sunda)
langkueueh (Aceh)             
laos (Jawa)
halawas (Batak)                   
angkuwasa (Makasar)
lengkueus  (Gayo)               
aliku (Bugis)
lakuwe (Nias)                       
lingkuas (Manado)
langkuwas (Banjar)             
likui (Gorontalo)
2.1.3    Nama Asing             :           grotto galanga (Belanda)               
langkuas (Filipina)
kong deng (Kamboja)                     
khulanyan (Arab)
groser galgant (Jerman)                
java galanga (Inggris)
galangal de l inde (Perancis)

2.2  Penyakit Yang Dapat Di Obati
a.  Reumatik
Bahan : 2 rimpang lengkuas sebesar ibu jari dan 1 butir telur ayam  kampong
Cara membuat : lengkuas diparut dan diperas untuk diambil airnya,  telur ayam kampung  mentah dipecah untuk diambil kuningnya,  kemudian kedua bahan tersebut dioplos sampai merata.
Cara menggunakan : diminum 1 kali sehari
b.    Sakit Kepala, Nyeri Dada, Menguatkan Lambung, Memperbaiki Pencernaan.
Pengobatan : di jadikan bumbu dapur
Cara membuat : Rimpang lengkuas yang di jadikan bumbu dapur di campur dalam masakan sehari-hari
c.    Sakit Limpa
Bahan : 2 rimpang lengkuas sebesar ibu jari, 3 rimpang umbi temulawak sebesar ibu jari dan 1 genggam daun meniran
Cara membuat : semua bahan tersebut direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih
Cara menggunakan : diminum 2 kali sehari 1 cangkir, pagi dan sore.
d.    Impotensi
Bahan : 2 rimpang umbi lengkuas sebesar ibu jari, 3 rimpang umbi  halia sebesar ibu jari dan 2 buah jeruk nipis, 1 sendok  teh merica, 1 sendok teh garam dan 1 ragi tape.
Cara membuat : umbi lengkuas dan halia diparut dan diperas untuk diambil airnya, kemudian dioplos dengan bahan-bahan yang lain dengan 0,5 gelas air masak sampai merata.
Cara menggunakan : diminum
e.    Nafsu Makan
Bahan : 1 rimpang lengkuas sebesar ibu jari, 3 buah  mengkudu mentah, 0,5 rimpang kencur sebesar ibu jari, 0,5 sendok teh bubuk ketumbar, 1 siung bawang putih, 3 mata buah asam jawa yang masak, 1 potong gula merah, jakeling, jalawe dan jarahab. 
Cara membuat : semua bahan tersebut direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas
Cara menggunakan : diminum 2 kali sehari 0,5 gelas, pagi dan sore.
f.     Bronkhitis
Bahan : rimpang umbi lengkuas, temulawak dan halia (masing-masing 2 rimoang) sebesar ibu jari, keningar, 1 genggam daun pecut kuda, 0,5 genggam daun iler, daun kayu manis secukupnya.
Cara membuat : semua bahan tersebut ditumbuk halus kemudian direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih
Cara menggunakan : diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.
g.    Morbili
Bahan : 4 rimpang umbi lengkuas sebesar ibu jari, 1 sendok teh minyak kayu putih, dan 2 sendok teh minyak gondopura.
Cara membuat : umbi lengkuas diparut halus, kemudian dicampur  dengan bahan lainnya sampai halus.
Cara menggunakan : dipakai untuk obat luar.
h.    Panu
Bahan : rimpang umbi lengkuas dan kapur sirih secukupnya.
Cara membuat : kedua bahan tersebut ditumbuk sampai halus.
Cara menggunakan : digosokkan pada bagian yang sakit, pagi dan sore.
i.      Anti jamur kulit
Bahan : rimpang umbi lengkuas segar sebanyak satu jari
Cara membuat : Potong Miring, Campurkan Dengan Kapur Sirih Secukupnya, Tumbuk Kedua Bahan Tersebut Sampai Halus,
Cara menggunakan : gosokkan pada bagian kulit yang belang akibat jamur, 2 x sehari pagi dan sore.
j.      Obat gosok, pelancar kemih, dan obat penguat empedu
Bahan : rimpang lengkuas,
Cara Membuat : iris-iris, kemudian rendam dalam alkohol,
Cara pengobatan : gosokkan pada perut.

2.3  Jenis Lengkuas
Lengkuas sering dipakai sebagai penyedap masakan. Lengkuas termasuk terna tumbuhan tegak yang tinggi batangnya dapat mencapai 2-2,5 meter. Lengkuas dapat hidup di daerah dataran rendah sampai dataran tinggi, lebih kurang 1200 meter diatas permukaan laut.
lengkuas merah
Ada 2 jenis tumbuhan lengkuas yang dikenal yaitu varitas dengan rimpang umbi (akar) berwarna putih dan varitas berimpang umbi merah. Lengkuas berimpang umbi putih inilah yang dipakai penyedap masakan, sedang lengkuas berimpang umbi merah digunakan sebagai obat.
lengkuas putih
Lengkuas mempunyai batang pohon yang terdiri dari susunan pelepah-pelepah daun. Daun-daunnya berbentuk bulat panjang dan antara daun yang terdapat pada bagian bawah terdiri dari pelepah-pelepah saja, sedangkan bagian atas batang terdiri dari pelepah-pelepah lengkap dengan helaian daun. Bunganya muncul pada bagian ujung tumbuhan. Rimpang umbi lengkuas selain berserat kasar juga mempunyai aroma yang khas.      

2.4  Budidaya Tanaman Lengkuas

Berikut adalah budidaya tanaman Lengkuas yang baik dan benar, Tanaman dapat diperbanyak dengan rimpang atau biji, namun umumnya lebih mudah diperbanyak dengan menggunakan rimpang. Rimpang yang baik untuk bibit adalah bagian ujungnya. Pengolahan tanah dilakukan dengan menggemburkan tanah dan dibuat guludan-guludan. Pupuk yang digunakan meliputi pupuk kandang, kompos, dan pupuk buatan. Juga diperlukan bahan-bahan kimia untuk pemberantasan gulma. Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 2½ – 3 bulan, dan jangan lebih tua dari umur tersebut, karena rimpang akan mengandung serat kasar yang tidak disukai di pasaran.

Perbanyakan tanaman lengkuas dapat menggunakan potongan rimpang yang sudah tua dan bertunas atau rimpang anakan, kemudian dipecah-pecah menjadi beberapa ruas dengan 2-3 tunas dalam tiap pecahannya atau disesuaikan dengan rencana kebutuhannya. Rimpang tua sebaiknya dipilih yang beratnya 50 gram, dan ukurannya seragam. Rimpang dapat ditunaskan di atas 3- 5 lapisan jerami atau alang-alang alang- alang yang dihamparkan di atas tanah. Penyemaian juga dapat dilakukan di atas rak-rak kayu. Penyiraman selama pembibitan sampai bertunas dilakukan untuk memelihara sebagian besar mata rimpang. Pertunasan dianggap cukup bila semua atau sebagian besar mata rimpang sudah tumbuh 1- 2cm, biasanya berumur 3-4 minggu. Setelah rimpang bertunas atau dipelihara selam 1-2 bulan, bibit yang pertumbuhannya seragam siap ditanam di lahan. Untuk proses pembibitan, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan hingga pemanenan lebih mendalam yaitu sebagai berikut: 

2.4.1     Pembibitan 
Persyaratan bibit : bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yang tinggi), dan mutu fisik. Yang dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang bebas hama dan penyakit. Oleh karena itu kriteria yang harus dipenuhi yaitu: (1) Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar). (2) Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (berumur 9-10 bulan). (3) Dipilih pula dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka atau lecet.
Teknik penyemaian bibit : untuk pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan bedengan.
2.4.1.1   Penyemaian pada peti kayu
Rimpang yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit tersebut sudah disemai.
2.4.1.2   Penyemaian pada bedengan
Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton (kebutuhan seluas 1 ha). Di dalam rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami, dan di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah. Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan beratnya 40-60 gram.
2.4.1.3   Penyiapan Bibit
Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam. 
2.4.2    Pengolahan Lahan 
1)  Persiapan Lahan: Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal harus diperhatikan syarat-syarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman. Bila keasaman tanah yang ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yang dibutuhkan tanaman maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur.
2)  Pembukaan Lahan : Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang kedua sekitar 2-3 minggu sebelum tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis 1.500-2.500 kg.
3)  Pembentukan Bedengan : Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan sekaligus untuk mencegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan dengan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
4)  Pengapuran : Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya, terutama fosfor (p) dan calcium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yang masam ini dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp dan pythium sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah dan merangsang pembentukan biji.
·      Derajat keasaman < 4 (paling asam) : kebutuhan dolomit > 10 ton/ha.
·      Derajat keasaman 5 (asam) : kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha.
·      Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha. 
2.4.3     Penanaman 
1)  Penentuan pola tanaman : Pembudidayaan secara monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional, karena mampu memberikan produksi dan produksi tinggi. Namun di daerah, pembudidayaan tanaman secara monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan kerugian. Penanaman secara tumpangsari dengan tanaman lain mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
·  Mengurangi kerugian yang disebabkan naik turunnya harga.
·  Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja pemeliharaan tanaman.
·  Meningkatkan produktivitas lahan.
·  Memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu).
2)  Pembutan lubang tanam : Untuk menghindari pertumbuhan yang jelek, karena kondisi air tanah yang buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm untuk menanam bibit.
3)  Cara penanaman : Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan.
4)  Perioda tanam : Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September dan Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya. 
2.4.4     Pemeliharaan 
1)  Penyulaman: Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan pengecekan untuk melihat rimpang yang mati. Bila demikian harus segera dilaksanakan penyulaman agar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik serta pemeliharaan yang benar.
2)  Penyiangan : Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar.
3)  Pembubunan : Tanaman memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat diperdalam dan diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air. Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman. Namun tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan.
4)  Pemupukan :
a)  Pemupukan organik: Pada pertanian organik yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara organik yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk kandang dilakukan lebih sering dibanding kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60-80 ton per hektar yang ditebar dan dicampur tanah olahan. Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5-1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2-3 bulan, 4-6 bulan, dan 8-10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2-3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan pembubunan.
b)  Pemupukan konvensional : Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman.
5)  Pengairan dan penyiraman : Tanaman lengkuas tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan september.
6)  Waktu penyemprotan pestisida : Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yang untuk disemai dan pada saat pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yang mendorong pertumbuhan. 
2.4.5     Panen 
Waktu panen simplisis rimpang lengkuas di tandai dengan berakhirnya pertumbuhan vegetative seperti daun menunjukkan gejala kelayuan secara fisiologis. Pada keadaan ini rimpang telah berukuran optimal dan umur di lahan 10-12 bulan untuk lengkuas. Pemanenan dilakuakn dengan cara membongkar rimpang dengan garpu atau cagkul secara hati-hati agar tidak terluka atau rusak. Tanah yang menempel pada rimpang di bersihkan dengan cara di pukul pelan-pelan sehingga tanah terlepas. 
2.4.6     Pasca panen 
2.4.6.1   Pencucian
Rimpang yang telah di hilangkan batang, daun dan akarnya tersebut kemudian di bawa ke tempat pencucian. Rimpang direndam di dalam bak pencucian selama 2-3 jam. Selanjutnya rimpang di cuci sambil disortasi. Setelah bersih, rimpang segera di tiriskan dalam rak-rak peniris selama satu hari. Penirisan sebaiknya di lakukan dalam ruangan atau ditempat yang tidak terkena sinar matahari langsung.
2.4.6.2   Perajangan
Perajangan untuk mempermudah pengeringan rimpang lengkuas. Jika lengkuas hendak dikonsumsi dalam keadaan segar maka perajangan tidak perlu di lakukan. Dan rimpang dapat segera di manfaatkan setelah di cuci dan ditiriskan. Perajangan dapat menggunakan mesin atau perajang manual. Arah irisan melintng agar sel-sel yang mengandung minyak atsiri tidak pecah. Dan kadarnya tidak menmurun akibat penguapan. Tebal irisan rimpang antara 4-6 mm. Untuk mendapatkan warna dan kualitas lengkus yang bagus, setelah perajangan rimpang lengkuas diuapi dengan uap panas atau di celup dalam air mendidih selama 1 jam sebelum dikeringkan.
2.4.6.3   Pengeringan
Pengeringan rimpang lengkuas dapat menggunakan matahari langsung, alat pengering beretenaga sinar matahari, di angin-anginkan, atau memakai mesin pengeringan.
·      Dengan matahari langsung
Pengeringan dilakukan di tempat cahaya matahari langsung. Sistem ini menggunakan waktu yang agak lama tergantung intensitas dan lama penyinaran.
·      Penmgeringan dengan alat berenergi cahaya matahari.
Masih tergantung pada intensitas cahaya dan lama penyinaran, tetapi waktunya relative lebih singkat. Untuk itu, bahan di hamparkan di atas rak pengering.
·      Pengeringan dengan mesin
Pengeringan dengan mesin selain lebih cepat juga hasilnya lebih berkualitas. Hal yang perlu di perhatik an dalam pengeringan dengan mesin pengering ini adalah suhu pengeringan yang tepat. Untuk rimpang lengkuas sebaiknya di gunakan suhu pengeringan antara 40-60 0c. waktu yang dibutuhkan 3-4 hari.

2.5  Kandungan Lengkuas
Rimpang lengkuas mengandung lebih kurang 1% minyak atsiri berwarna kuning kehijauan yang terutama terdiri dari metil-sinamat 48%, sineol 20% - 30%, eugenol, kamfer 1%, seskuiterpen, δ-pinen, galangin, dan lain-lain. Selain itu rimpang juga mengandung resin yang disebut galangol, kristal berwarna kuning yang disebut kaemferida dan galangin, kadinen, heksabidrokadalen hidrat, kuersetin, amilum, beberapa senyawa flavonoid, dan lain-lain. Penelitian yang lebih intensif menemukan bahwa rimpang lengkuas mengandung zat-zat yang dapat menghambat enzim xanthin oksidase sehingga bersifat sebagai antitumor, yaitu trans-p-kumari diasetat, transkoniferil diasetat, asetoksi chavikol asetat, asetoksi eugenol setat, dan 4-hidroksi benzaidehida (Noro dkk., 1988). Juga mengandung suatu senyawa diarilheptanoid yang di- namakan 1-(4-hidroksifenil)-7-
fenilheptan-3,5-diol. Buah lengkuas mengandung asetoksichavikol asetat dan asetoksieugenol asetat yang bersifat anti radang dan antitumor (Yu dan kawan-kawan, 1988). Juga mengandung kariofilen oksida, kario- filenol, kuersetin-3-metil eter, isoramnetin, kaemferida, galangin, galangin-3-metil eter, ramnositrin, dan 7-hidroksi-3,5-dimetoksiflavon.

2.6  Efek Farmakologis Lengkuas
Menetralkan racun (antitoksik), menurunkan panas (antipiretik), menghilangkan rasa sakit (analgetik), meluruhkan kentut (carminative), meluruhkan kencing (diuretik), obat jamur, menyegarkan (stimulant), memperkuat lambung, dan meningkatkan nafsu makan (stomachica). Minyak atsiri lengkuas yang sudah menguap dapat merangsang kulit dan mukosa. Bila diminum, lengkuas berkhasiat menolak angin, menahan gerakan usus kecil, dan berefek antiseptik ringan. Bila disemprotkan pada lalat atau serangga bisa mati. Sementara rimpang lengkuas digunakan untuk demam, kejang panas, masuk angin, tidak nafsu makan, menghilangkan bau mulut dan bau badan, sariawan berat (stomatitis aphtosa), sakit gigi, sakit tenggorokan, menghilangkan dahak pada bronkhitis, batuk, radang paru (pneunomonia), paru-paru mengandung nanah,radang lambung (gastritis), radang telinga (otitis), obat kuat (afrodisiak), pelancar haid (emenagog), diare, disentri, kolera, membersihkan darah nifas, merawat payudara, rematik, keseleo, jerawat, eksim, panu, kurap, kutil, dan bercak-bercak pada kulit. Buah lengkuas menghilangkan rasa dingin, lambung serta ulu hati kembung dan sakit, muntah, mual, diare, cikutun (singultus), serta nafsu makan kurang (anorexia).

2.7  Pengelolaan Lengkuas
Lengkuas harus dikupas terlebih dahulu sebelum digunakan dan dibersihkan dari tanah-tanah yang biasanya menempel. Umumnya, untuk masakan level rumahan, Anda hanya cukup menggunakan dua hingga tiga ruas jari per masakan.
Untuk pengolahan lengkuas dalam masakan, Anda bisa menghaluskannya bersama bumbu halus lainnya. Cara lain adalah lengkuas dimemarkan lalu dimasukkan ke dalam masakan. Untuk menyajikan serundeng dari lengkuas, caranya cukup mudah. Lengkuas diparut hingga halus lalu digoreng hingga kering dan ditiriskan. Setelah itu, serundeng lengkuas didinginkan dan ditaburkan di atas ayam goreng atau empal goreng.



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tumbuhan Lengkuas dapat dimanfaat sebagai obat seperti rematik, nyeri haid, panu, radang telinga, bercak-bercak kulit dan tahi lalat, kutil, diare, penambah nafsu makan, eksima, masuk angin, bronchitis, menambah gairah seks, rematik, dll.
Pertumbuhan lengkuas di pengaruhi oleh air, jenis tanah, iklim, ketinggian tempat, media tanam, unsur hara, kelembaban, suhu dll.
Kandungan Senyawa kimia yang terdapat pada lengkuas antara lain mengandung minyak atsiri, minyak terbang, eugenol, seskuiterpen, pinen, metil sinamat, kaemferida, galangan, galangol, dan kristal kuning. Minyak atsiri yang dikandungnya antara lain galangol, galangin, alpinen, kamfer, dan methyl-cinnamate.

3.2 Saran
Sebaiknya kita menggunakan obat alami lengkuas dalam menyembuhkan beberapa penyakit yang dapat di obati oleh lengkuas seperti penyakit rematik.